Powered By Blogger

Selasa, 27 September 2011

PembelaJran KoOperatIve

Universitas Muhammadiyah Malang

Nama :Ilham Budi Setyawan                      Mata Kuliah   : Belajar Pembelajaran
NIM    : 20101000311059                              Dosen              : Husamah, S.Pd
Kelas   : Biology 2B

Implementasi Pembelajaran Kooperative
Tipe Paired Storytelling dalam Pembelajaran Menyimak Cerita Anak

Pendekatan Pembelajaran Cooperative
Dalam pembelajaran guru dituntut memiliki kemampuan memilih pendekatan pembelajaran yang tepat. Kemampuan tersebut sebagai sarana usaha dalam memilih dan menemukan pendekatan pembelajaran untuk menyajikan materi pembelajaran yang tepat dan sesuai program pembelajaran. Dapat dirumuskan bahwa pendekatan pembelajaran adalah suatu cara yang dipilih guru dalam mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran dari beberapa komponen pembelajearan (materi pembelajran, siswa, waktu, alat, bahan, metode pembelajran dan evaluasi) dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pembelajaran yang melibatkan potensi anak akan memberi pengalaman tersendiri bagi anak. Menurut Dale tergambar jelas bahwa kemampuan siswa akan cepat diperoleh melalui kegiatan dimana siswa sendiri yang terlibat di dalamnya
Pembelajaran cooperative merupakan setrategi pembelajaran yang dapat membantu guru mengubah keragaman siswa menjadi satu kekuatan yang dapat mendukung dan menantang perolehan prestasi belajar siswa, terutama siswa sekolah menengah. Pembelajaran kooperatif bukan hanya mampu mengembangkan kompetensi siswa tetapi juga mampu mamberikan pengalaman pada siswa serta mampu mengembangkan kerjasama dalam kelompok utamanya dalam menemukan dan menyelesaikan masalah.
Menurut Johson, DW. Johson, Rt Hamabee EJ. (1911;12), cooperatrive leraning adalah kegiatan belajar menagajar secara kelompok-kelompok kecil tempat siswa bealajar dan bekerja sama untuk sampai kepada pengalaman  belajar yang optimal, baik pengalaman individu mupun kelompok. Dari kegiatan tersebut terssirat tiga karakteristik cooperative learning, yaitu kelompok kecil, belajr/bekerja sama, dan pengalaman belajar.
Walaupun pembelajran kooperative merupakan belajar kelompok. Pada prinsipnya pembelajran kooperative tidak sama dengan sekedar belajar kelompok biasa, seperti yang selama ini dipraktekan dalam pembelajaran di sekolah. Aernds (1997:132) mengemukakan bahwa perbedaan belajar koperatif dengan  belajar kelompok terletak pada prosesnya, yakni belajar kooperatif menekankan pada proses bekerja sama untuk mencapai hasil bersama, sedangkan belajar kelompok biasa lebih menekankan pada hasil keolmpok.
Seperti halnya dalam Skripsi yang berjudul “Efektivitas Metode Diskusi Kelompok Dalam Pembelajaran Mengarang” yang ditulis oleh Nunik Nur Rahmi Fauziah (2009), Menjelaskan bahwa menggunakan tehnik berkelompok lebih efektif dibandingkan dengan menggunakan metode pengajaran konvesional.
Dalam pembelajaran koopearatif peranan guru sangat kompleks. Disamping sebagai fasilisator, guru juga berperan sebagai manajer dan konsultan dalam memberdayakan kerja keolompok siswa. Johson, DW. Johson, RT. Hambee EJ. (1991;15) menyatakan bahwa dalam coperative learnig guru memiliki liama peranan penting yaitu, (1) menyampaiakan tujuan pembelajaran dengan sejelas-jelsnya, (2) membentuk kelompok-kelompok kecil dengan  menempatkan siswa secara heterogen, (3) menyampaiakan tugas yang harus dikerjakan siswa dengan sejelas-jelasnya, (4) memantau efektifitas kerja kelompok dan menyediakan bantuan kepada siswa untuk memaksimalkan kerja kelompok, dan (5) mengevalusi hasil kerja kelompok dan membantu sisiwa berdiskusi tentang manfaat kerja kelompok.
Teknik Paired Storytelling atau Cerita Berpasangan
Pired Storry Telling adalah salah satu tipe dari metode Cooperative Learning yang diterapakan dalam pembelajaran. Teknik paired storytelling atau cerita berpasangan  merupakan teknik yang  memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna.
Metode paired storry telling ini adalah metode kooperatif yang dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antar siswa, pengajar dan bahan pelajaran (Lie,1994). Teknik ini bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, menyimak dan bercerita. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, menyimak dan berbicara. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skema atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Dalam kegiatan ini siswa dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan berimajinasi. Hasil pemikiran mereka akan dihargai, sehingga siswa merasa makin terdorong untuk belajar dan menambah motivasinya. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomuniksi. Bercerita berpasangan bisa digunakan untuk suasana tingkatan usia anak didik.
Lebih lanjut dikatakan bahwa teknik  paired storytelling atau cerita berpasangan  bisa pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan sosial, agama, dan bahasa. Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dengan teknik ini adalah bahan yang bersifat naratif dan deskriptif. Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan dipakainya bahan-bahan yang lainnya. Dalam teknik ini, guru  harus memperhatikan skemata pembelajaran agar aktivitas kelas dapat berjalan dengan lancar.
Pired Story Telling adalah teknik Pembelajaran yang memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa. Dalam teknik ini guru memberikan teks karangan menjadi dua bagian yaitu bagian awal dan akhir. Siswa diminta berpasangan lalu guru memberikan teks karangan bagian awal kepada sisiwa pertama, dan teks bagaian akhir. Siswa bekerjasama untuk memberikan informasi mengenai bagian yang dibacanya dengan menuliskan kata kunci. Dari kegiatan itu siswa dapat menyelesaikan sebuah karangan secara utuh dengan bantuan kata kunci yang telah diberikan oleh pasangan pada bagian yang belum diketahui atau bagian yang tidak terbaca (Lie,2003:71).
Penulis pun telah membaca beberapa buku dan skripsi yang mengangkat keefektifan suatu metode kooperatif dalam kelasnya. Seperti pada skripsi yang ditulis oleh Nuril Nur Alif (2009) yang berjudul “Pembelajaran Menulis Karangan Narasi dengan Menggunakan Teknik Paired Story Telling (Eksperimen pada siswa Kelas VII SMPN 12 Bandung)”, menjelaskan keefektifan dari teknik Paired Storry Telling yaitu terbukti dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi dalam pelajaran bahasa Indonesia.
            Mengingat peranan menyimak dalam proses belajar berbahasa sangat besar, maka diperlukan suatu teknik yang efektif dalam pembelajaran keterampilan menyimak. Teknik  pembelajaran merupakan hal yang penting dalam pembelajaran menyimak, khususnya pembelajaran menyimak di sekolah dasar. Dengan teknik yang efektif, pembelajaran menyimak  akan mencapai tujuan yang diharapkan
Salah satu teknik yang dapat diterapkan dalam pembelajaran keterampilan menyimak  adalah teknik paired storytelling atau cerita berpasangan. Teknik paired storytelling atau cerita berpasangan merupakan salah satu teknik pembelajaran dalam pendekatan cooperative teaching learning. Dengan teknik cerita berpasangan  ini kegiatan belajar mengajar sepenuhnya dilakukan oleh siswa. Guru hanya sebagai fasilitator, motivator, dan mediator dalam pelaksanaan proses pembelajaran.  Teknik ini menekankan agar siswa saling berinteraksi dan bekerja sama dengan siswa yang lain. Unsur gotong-royong sangat diutamakan  dalam teknik ini. Siswa tidak hanya berkompetensi secara individual, melainkan mereka dapat membangun komunikasi antar kelompok. Selain itu, teknik ini juga menggabungkan keterampilan bahasa yang lain, yaitu membaca, menulis dan berbicara.

Prosedur Teknik Paired Storytelling atau Cerita Berpasangan dalam Pembelajaran Keterampilan Menyimak Cerita Anak
   Prosedur teknik cerita berpasangan  sebagai berikut.
1.    Siswa dibagi menjadi dua kelompok. kelompok pertama  dan  kelompok kedua.
2.    Sebelum bahan pelajaran diberikan, guru melakukan brainstroming mengenai topik yang akan disampaikan hari ini.
3.    Guru membagi satu bahan cerita menjadi dua bagian, (bagian pertama dan  kedua).
4.    Bagian pertama cerita diberikan kepada pembaca kelompok pertama, sedangkan pembaca kelompok kedua menerima bagian cerita yang kedua.
5.    Salah seorang pembaca dari kelompok pertama membacakan cerita bagian pertama, sedangkan kelompok kedua menyimak dengan menuliskan kata atau frase kunci. Setelah itu, salah seorang pembaca dalam kelompok kedua membacakan cerita bagian kedua, sedangkan kelompok pertama menyimak dengan menuliskan kata atau frase kunci pula.
6.    Setelah cerita bagian pertama dan cerita bagian kedua selesai dibacakan oleh pembaca tiap-tiap kelompok, kemudian kata atau frase kunci yang telah mereka buat, saling ditukarkan antar kelompok dengan berpasangan.
7.    Setelah semua kata atau frase kunci setiap bagian cerita dicatat, tiap-tiap siswa menceritakan kembali cerita yang mereka simak berdasarkan kata atau frase kunci yang mereka catat.
8.    Setelah cerita  selesai dibuat oleh para siswa, kemudian mereka menjawab soal-soal yang berhubungan dengan cerita yang telah mereka simak, yang dibuat oleh guru dengan teknik 5W+1H.
9.   Selanjutnya, siswa mengumpulkan jawaban soal dan cerita yang telah mereka susun.
10.  Guru memanggil nama beberapa siswa untuk membacakan hasil ceritanya di depan kelas, sambil membagikan cerita lengkap kepada tiap-tiap siswa.
11.  Kegiatan diakhiri dengan diskusi mengenai soal-soal yang telah para siswa kerjakan.
Teknik paired storytelling atau cerita berpasangan menggabungkan teknik pembelajaran keterampilan menyimak yang lain, yaitu teknik identifikasi kata kunci, teknik merangkum,  dan teknik menjawab pertanyaan 5W +1H. Teknik-teknik lain yang dapat digunakan dalam pembelajaran keterampilan menyimak menurut Tarigan D.& H.G. Tarigan (1987:82) adalah: dengar-ulang ucap, dengar-tulis atau dikte, dengar kerjakan dengar-terka, memperluas kalimat, menemukan benda, bisik berantai menyelesaikan cerita, identifikasi kata kunci, identifikasi kalimat topik, merangkum,  parafrase, dan menjawab pertanyaan 5W+1H.
Manfaat Implementasi Pembelajaran Cooperative Tipe Paired Storry Telling dalam Pembelajaran Menyimak Cerita Anak
            Teknik paired storytelling atau cerita berpasangan dalam pembelajarann keterampilan menyimak cerita anak di Sekolah Dasar akan sangat bermanfaat bagi guru dan siswa dalam menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Dengan teknik paired story telling atau cerita berpasangan, pembelajaran sepenuhnya dilakukan oleh siswa. Guru hanya sebagai fasilitator, motivator, dan mediator dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Teknik paired storytelling atau cerita berpasangan juga dapat meningkatkan kerja sama antarsiswa dalam kegiatan mereka di kelas, lebih menekankan daya simak siswa karena hasil simakannya akan dipertanggungjawabkan kepada pasangannya. Semakin baik daya simak siswa, maka materi yang disampaikan guru akan semakin mudah dipahami.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar